[3rd] Telepathy: Open Up The Secret

[3rd] TELEPATHY: open up the secret

3RD CHAPTER

AUTHOR               : IFALOYSHEE

MAIN CAST         : Krsytal Jung, Choi Minho

CAST                      : Lee Donghae, Cho Hara (OC), Choi Jinri/Sulli, Park Jiyeon

GENRE                  : FANTASY

DISC                       : All of this story  from now on, are pure from my Imagination. Dont like the pairing, better you dont read. The casts are belong to their fans. Except Cho Hara, she is an Original CHaracter. Just belong to me. Dont ever copy my idea, or copy this story. If you want to reblog this, or copy this, just ask me first and credit me.

 

“dia bisa membaca pikiran, dia bisa melihat masa depan dengan jelas, instingnya paling bagus diantara semua makhluk hidup, dan tentu saja di juga bisa melakukan telepati…..”

 

***

How much she misses that peck

Bukan rahasia lagi, kapanpun, dimanapun dan dalam situasi apapun, gadis itu tidak pernah lelah menunggu. Dia selalu disana, duduk dan memperhatikan pintu apartemen, menanti seorang pria membukanya.

Bahkan ini masih siang hari, Jelas pria bernama Lee Donghae itu entah mengeluyur kemana. Tapi ia sama sekali tidak tahu kalau ‘adik perempuannya’ diam dirumah seperto orang bodoh menunggunya.

Mungkin terdengar berlebihan, tapi seandainya Donghae tidak menjanjikan untuk pergi makan siang diluar pasti Hara tidak akan terus-terusan menatap pintu apartemen.

“dongsaeng-ah aku menemukan cafe dengan full coklat di sekitar kawasan dongdaemun, bagaimana kalau nanti siang kita pergi kesana?”

Pagi tadi, Hara sudah dibuat luar biasa senang oleh ajakan Donghae. Dia bilang siang ini. Siang? SIANG? Demi Tuhan bahkan sekarang sudah pukul tiga lewat lima belas menit. Bukan siang lagi, tetapi sore.

Hara menyukai cokelat, makanan yang manis-manis apapun itu. dan ia akan lebih menyukai lagi jika memakannya bersama dengan Donghae.

Drrt drrt

Perhatiannya langsung teralihkan begitu mendengar getaran dari Handphonenya, Hara mengambil handphonenya dengan cepat kemudian menempelkan benda elektronik itu ke telinganya.

“Yobosseyo? Donghae?”

“buka pintu apartemen sekarang dongsaeng”

“a-ah? Ne.”

Sambungan langsung terputus begitu Hara menjawab, Hara melihat handphonennya dengan tatapan bingung. Kemudian terdengar suara seseorang mengetuk pintu, Hara langsung berlari dan membukanya.

Tampak Donghae berdiri dengan nafas tersengal, menggendong Krystal yang dalam keadaan pingsan serta membawa ransel milik Krystal. “Donghae….oppa? Krystal?” tanya Hara bingung.

“nanti aku jelaskan.” Ucap Donghae lalu menerobos masuk kedalam, membawa tubuh Krystal kedalam kamar Hara dan meletakkannya diatas ranjang berwarna kecoklatan itu.

Hara ikut masuk kedalam kamar dan memandang Donghae penuh selidik, pasti ada sesuatu hal yang besar terjadi. Pasti. Dan Hara harus tahu masalahnya, karena ia titipikal orang yang ingin mau tau urusan orang lain. Memangnya Krystal?

“ini….parah. semakin parah.” Ujar Donghae lalu menghela nafasnya.

“parah?”

“telepati Klee bekerja dengan sangat baik. Bahkan sampai merenggut nyawa orang lain.”

Sepersekian detik kemudian Hara melebarkan matanya kaget, “siapa? Siapa yang terbunuh?”

“hampir terbunuh kalau saja aku tidak kebetulan datang dan menghentikannya. Kau mau tahu siapa? Park Jiyeon, model yang sedang naik daun itu. dia korban pertamanya.”

Hara terdiam sebentar untuk mencerna kata-kata Donghae. Jiyeon? Park Jiyeon? Sepertinya ia pernah mendengar namanya.

“…gadis disampingkuini adalah model tetap majalah High-Cut, sekaligus kekasihku juga.”

Jiyeon tersenyum dan menunduk sedikit. “Park Jiyeon imnida.”

Kilasan memori itu datang, tepat sehari yang lalu Choi Minho produser majalah High-Cut itu memperkenalkan kekasihnya, Park jiyeon.

“kekasih Minho?”

Donghae mengangguk. “bagaimana kau bisa tahu? Ngomong-ngomong keadaan gadis cantik itu malang sekali, dia tadi dibawa oleh tim kesehatan kampus menuju rumah sakit terdekat. Sulli juga ikut membantunya dengan maka itu aku yang membawa Krystal kesini. Merasakan telepati seperti itu…tidak main-main, Hara. Sakit sekali. Aku dulu pernah merasakannya.”

“padahal aku baru bertemu dengannya kemarin, dia masih terlihat baik-baik saja dengan tangannya yang mengamit lengan Minho. Jadi Krystal memulai target pertamanya pada Jiyeon? Ah, ini akan menjadi berbahaya aku pikir.”

Donghae menoleh menatap Krystal iba. Gadis itu pingsan setelah Donghae berhasil mengkosongkan pikiran Krystal dengan telepatinya sendiri. Donghae bisa mempengaruhi pikiran orang lain. Semisal orang yang hendak mencuri, bisa Donghae pengaruhi agar ia tidak jadi mencuri. Begitu halnya yang ia lakukan pada Krystal tadi.

Tapi tenaga Krystal terkuras habis karena menelepati Jiyeon terlalu kuat, dan ketika Donghae mengosongkan pikirannya, tentu saja ia kaget dan langsung ‘off’ secara tiba-tiba. Itulah mengapa Krystal pingsan.

“jangan pernah menyalahkan Klee, Dongsaeng. Hal ini dibawah kontrolnya. Jadi dia tidak patut untuk disalahkan.”

“aku memang tidak menyalahkannya. Tidak mungkinlah Krystal berbuat senekad itu dengan keadaan sadar. Bukankah sisi jahatnya yang sedang bekerja bukan?”

Donghae tersenyum dan menepuk  kepala Hara pelan “kau pintar!”

Sedangkan Hara hanya tersenyum saja, ia selalu senang bagaimanapun Donghae memperlakukannya. “makan siang?” tanya Hara, berusaha membuat Donghae ingat akan janjinya kemarin.

“tentu saja. Aku akan membawamu ke rumah cokelat itu. kau pasti akan sangat menyukainya.”

“Gomawo Donghae!”

“ya! panggil aku Donghae oppa! Kau tidak boleh memanggilku tanpa embel-embel oppa apalagi aku ini kakakmu.” Protes Donghae, sedangkan Hara hanya menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak pernah mau memanggil Donghae dengan embel-embel oppa.

Karena Hara menganggap Donghae bukan sebagai kakaknya.

“jangan memasang tampang menyebalkan seperti itu.”

Hara tertawa kecil. “aku hanya tidak mau kau terus memaksaku memanggilmu op—“

Secara tiba-tiba Donghae mencium kening Hara, membuat kalimat yang akan Hara utarakan terputus begitu saja. “terserah kau saja dongsaeng, kau memang manusia aneh.” Ucap Donghae sebelum berlalu keluar dari kamar.

Hara menyentuh pelan keningnya, masih kaget dengan insiden barusan. Sebenarnya skinship antara mereka berdua memang sering terjadi. Berpelukan, mencium kening, bahkan mencium pipi juga. Tapi akhr-akhir ini Donghae sibuk dengan urusan wanita-wanitanya juga mengurusi Krystal. Dia menjadi kurang perhatian terhadap Hara, menjadi jarang skinship.

Entah hubungan seperti itu masih wajar disebut kakak-adik atau tidak? Mungkin Donghae menganggapnya begitu. Seperti seolah-olah Hara saudara sedarahnya. Tapi lain halnya dengan anggapan Hara…

Tentu dia tidak berpikir bahwa hubungan seperti ini adalah hubungan kakak-adik. Tapi lebih ke hubungan pria-wanita.

“KENAPA MENCIUMKU DONGHAE PLAYBOY SIALAN KAU AKU TIDAK MURAHAN SEPERTI WANITA-WANITA MU ITU!”

Nyatanya gengsi tetaplah gengsi. Cho Hara, meskipun setengah mati senang dicium oleh Donghae. Tapi tetap saja  ia ingin dipandang sebagai wanita yang ‘special’ bukan yang gampangan, seperti apa yang Donghae lakukan pada pacar-pacarnya itu.

Hara berlari menyusul Donghae dan entah apa yang ia lakukan disana sampai terdengar jeritan Donghae.

“Yak! Jangan cekik a-aku….AAARGH…dongsaeng!!”

***

High-Cut Magazine’s Office, 2nd Floor.

Choi Minho masih membereskan berkas-berkasnya diatas meja kerjanya, sambil sesekali melihat kertas-kertas yang harus ia tanda tangani. Ia memasukkan berkasnya kedalam laci dan  berjalan keluar dari ruang kerjanya.

Diruang pemotretan, Minho berjalan kearah ke arah meja komputer yang sedikit berantakan. “Fotografer baru itu memang sangat bagus kerjanya, tapi…dia kurang rajin. Sedikit. Dilihat dari mejanya yang selalu berantakan setiap hari.”

Minho mengambil foto-foto yang sudah dicetak, berserakan diatas meja. Ia melihatnya satu-persatu. Yang pertama foto gedung pencakar langit yang entah dimana letaknya itu, lalu foto kedua yang memperlihatkan seorang pria dengan kaos polonya sedang tertawa lepas dibawah ring basket. Foto ketiga, keempat, kelima sampai kesepuluh masih dengan objek yang sama, pria tadi.

Minho membalikkan salah satu dari foto tersebut lalu tidak sengaja membaca tulisan yang tertulis disana.

‘You always here, in my mind. The only Thing that you cant read or even guess. My only love Lee Donghae’

Minho mengernyit bingung, bukan…bukan karena dia tidak mengerti bahasa inggris tapi ia bingung dengan kalimat “…The only Thing that you cant read or even guess”

Maksudnya? Pikir Minho bingung. Ia hanya mengedikkan bahunya dan mengambil foto terakhir yang terletak diatas meja.

Foto seorang gadis berambut panjang  hitam bergelombang, sedang memakai jaket lab. Gadis itu tersenyum manis sambil menunjukkan v-sign dengan jarinya.

Gadis dalam foto ini….Minho seperti pernah melihatnya. Tapi dimana? Dan kapan? Pikir Minho.

Tapi Minho toh tidak ambil pusing, mungkin memang Minho pernah bertemu dnegan gadis didalam foto ini, tapi entah siapa Minho sudah lupa akan hal itu. ia baru saja berniat untuk meletakkan kembali foto tersebut tetapi tidak jadi.

“foto-foto ini sepertinya penting. Oh, aku akan mengembalikannya pada Hara-ssi saja. Sekalian mampir keapartemennya untuk yang pertama kalinya.” Gumam Minho.

Minho mengambil kantong kertas tipis yang terletak diatas meja kemudian memasukkan foto-foto itu kedalamnya, sampai pada foto terakhir, Minho tidak sengaja membaca tulisan dibalik foto itu.

‘Krystal Jung, Go Go Go my little sister!’

***

How can i didnt know anything about it?

Krystal Jung’s

Samar-samar aku mendengar suara orang berisik. Entah suara siapa aku tidak tahu karena rasanya aku masih setengah sadar. Belum sepenuhnya terbangun.

Eh aku tertidur? Kenapa bisa? Bukankah aku tadi sedang ada di kampus mengobrol dengan Sulli kan?

Perlahan aku mengerjapkan mata dan membukanya. Tampak langit-langit kamar yang jelas aku kenali kamar miliki siapa. Juga aroma lavender yang menyeruak. Yah, kamar milik Hara pastinya.

“DONGHAE KAU LIHAT MASAKANNYA GOSONG. PERGI PERGI! MENGGANGGU SAJA!”

“YAH! Jangan memukulku dengan panci! Kau mau kadar ketampananku berkurang? Nanti jumlah kekasihku akan berkurang juga, Cho Hara, stop! Stop!”

Pervert. Dua orang itu seperti kucing dan tikus. Aku sudah bosan mendengar mereka mem-bully­  satu sama lain. Tapi sebenarnya lucu juga sih, mereka seperti anak kecil kalau sudah bertengkar seperti ini.

Jadi sekarang pertanyaannya, bagaimana aku bisa ada disini? Tidur dikamar Hara?  Aku sungguh tidak ingat apapun. Amnesia mendadak atau bagaimana sih?

Aku bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar, berdiri diambang pintu memperhatikan dua orang kakak-adik yang saling memukul panci itu.

“kalian berdua, aish jinjja!” teriakku. Dan hebatnya, mereka berdua langsung menoleh dan seolah terhipnotis oleh teriakanku.

“Klee kau baik-baik saja?” Donghae oppa berjalan cepat kearahku, terburu-buru sampai menabrak kursi makan lalu ia berdiri tepat didepanku.

“kau sudah sadar? Kau tidak apa-apa?” kali ini Hara yang menghampiriku, ekspresinya sama khawatirnya dengan Donghae.

“memang ada apa denganku?” tanyaku polos.

Kenapa mereka berdua aneh sekali sih? Oke, sepertinya hari ini segalanya serba aneh. “sungguh.. beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi!” tuntutku pada dua orang didepanku ini.

“kau tidak ingat tadi kau pingsan di kampus?” Tanya Hara, aku hanya menggeleng innocent.

Aku melirik ke arah Donghae oppa yang terdiam sambil menatapku, dia pasti sedang membaca pikiranku sekarang. Jadi tidak usah repot-repot mengatakan padanya, dia pasti tahu kalau aku memang tidak tahu apapun tentang kejadian yang…menimpaku? dan…pingsan? aih!

“Klee, kalau aku meneritakan padamu, kau pasti akan shock.”

“shock?”

“aku baru ingat, kalau kau memang tidak bisa mengingat kelakukan telepatimu yang kau berikan pada Jiyeon. Karena itu berasal dari sisi jahatmu, bukan dari kemauanmu.”

Aku? Menelepati? Jiyeon? HAH?

“HAH?! Bagaimana aku bisa menelepatinya? Aku tapi tidak merasa melakukan hal itu.”

“kau salah Donghae, Krystal tidak mengingat hal itu karena kau mengosongkan pikirannya setelah dia melakukan telepati.” Ucap Hara membenarkan perkataan Donghae.

Donghae mengernyit bingung, sedetik kemudian ia mengangguk mengerti. “maksudku begitu Klee. Kau seharusnya ingat kalau kau baru saja menelepati Jiyeon, kau ingat kejadian Uee sewaktu itu kan? Nah, tepatnya seperti itu tapi…ini sedikit…errr….sangat…err…parah.”

Kenapa aku bisa melakukan hal seperti itu? aku jelas tidak berniat untuk melakukannya.

“jelas ini bukan salahmu. Sisi jahatmu yang menguasaimu saat itu, kau seperti ada dibawah kontrolnya sehingga kau tanpa sadar sudah menelepati Jiyeon. Kejam pula.”

Sekejam apa? Beritahu aku Donghae oppa!

“yang jelas, kau membuat Jiyeon  merasakan sakit di dadanya, tenggorokan, perut. Komplikasi lebih tepatnya dan kau juga membuatnya muntah darah sampai gadis itu pingsan. Dia sudah ada dirumah sakit sekarang. Koma.”

“k-koma?”

Demi Tuhan. Ini bukan kemauanku. Apakah Tuhan menimpalkan dosa untukku atas perbuatan yang sama sekali aku tidak berniat untuk melakukannya? Ini diluar kontrolku. Sungguh.

“Klee kemampuanmu memang diluar kontrolmu.  Kau tidak berdosa. Aku juga tidak menyalahkanmu.”

Aku tahu, Donghae oppa. Tapi rasanya hampir membunuh gadis yang bahkan belum aku kenal itu…sangat memalukan.

“Klee, ini konsekuensimu. Jiyeon, kekasih Minho. Satu dari beberapa wanita yang perlu kau singkirkan.”

Menyingkirkan bukan berarti membunuh orang itu kan?!

“bisa juga diartikan seperti itu. tapi membunuh Jiyeon pun kau tidak akan berdosa. Karena bukan kau yang melakukannya. Tapi sisi jahatmu. Kalau kau mau tidak menyakitinya, kau harus berhenti membencinya dan berprasangka buruk tentangnya.”

“stop. Biarkan Krystal berbicara dengan mulutnya selagi ia masih memiliki mulut! Rasanya aneh melihat kau dan Krystal saling bertatapan tapi hanya kau yang berbicara, Donghae. Krystal! Berbicara saja, jangan lewat pikiran!”

Aku tertawa, Hara memang tipe orang yang mudah sekali penasaran. Ia selalu kesal jika aku berkomunikasi dengan Donghae melalu pikiran, karena tentu dia tidak akan tahu apa yang kami bicarakan bukan?

“jadi, Donghae oppa… aku harus bagaimana?”

“tidak ada yang bisa kau lakukan selain membuang rasa benci itu sendiri. Tapi tidak mungkin kan jika kau damai dengan semua orang didunia ini? Aish! Serba salah semuanya. Aku juga bingung Klee.”

“kau saja bingung oppa, bagaimana denganku?”

“jadi kalau kau mau normal lagi sih, secepat mungkin kau harus bisa membuat Minho menyukaimu, Krys.” Sela Hara.

“aku tahu. Itu menjadi problem pertama. Dan problem yang kedua, aku sama sekali tidak mencintai Minho. Bagaimana membuat diriku mencintainya juga susah. Kau tahu kan aku tidak mudah menyukai orang lain, juga…”

“juga kau masih memikirkan tentang Myungsoo kan?”

“ayolah Klee, dia hanya mantan kekasihmu. Dia meninggalkanmu begitu saja.” Ujar Donghae oppa. Ya, Kim Myungsoo. Mantan kekasihku yang  entah ada angin apa tiba-tiba dia memutuskan untuk pergi keluar negeri. Tidak pamit padaku. Tidak menghubungiku.

“bagaimana kalau tiba-tiba dia kembali dan muncul dihadapanku?”

“tampar saja dia!” seru Hara secara spontan. Donghae langsung menoyor kepalanya.

“yang benar saja! Masa aku harus menampar pria yang aku cintai, hah?!”

“kau tidak boleh menyukai Myungsoo lagi! Tidak boleh! Ingat, targetmu sekarang Choi Minho. Bukan Myungsoo ataupun pria manapun.”

***

I meet you up again

Author’s

Choi Minho memutuskan untuk mengantarkan foto-foto milik Hara yang ia temukan dimeja Hara tadi ke apartemen gadis itu. sekalian mampir untuk yang pertama kalinya, setelah mendapat alamatnya dari salah satu staff pemotretan akhirnya Minho sampai didepan apartemen Hara.

Minho mengetuk pintunya beberapa kali sampai pintu terbuka dan memperlihat pria yang tadi Minho lihat difoto milik Hara. Pria yang mendominasi foto Hara.

Pria ini pasti suami Hara. Pikir Minho pertama kali.

“Annyeonghaseyo…” Minho membungkuk hormat.

Donghae tersenyum ramah kearahnya “Annyeonghaseyo. Nuguseyo?”

“benarkan ini Apartemen milik Cho Hara? Ah, kau pasti suaminya bukan? Choi Minho imnida.”

Donghae tertawa, sudah seringkali banyak orang mengira kalau Donghae adalah suami Hara, begitupun sebaliknya. Dan entah pria bernama Choi Minho ini sudah menjadi orang yang keberapa mengira seperti itu. “aku bukan suami Hara. Aku kakaknya.”

Minho menaikkan alisnya bingung, membuat ekspresinya terlihat lucu. “kau bukan suaminya? Ah, mianhae sudah salah mengira. Aku benar-benar tidak tahu kalau Hara-ssi memiliki kakak laki-laki.”

“gwenchana. Sudah banyak yang mengira seperti itu. sekarang kau masuk saja, Hara ada didalam.” Donghae meminggirkan badannya membiarkan Minho memasuki apartemen mereka.

Minho duduk di sofa berwarna putih bersih yang terletak ditengah ruangan bernuansa elegan ini.

“tunggu sebentar, aku akan memanggilnya…”

“jankaman!” Minho memberikan setumpuk foto milik Hara ke tangan Donghae. “ige mwoya?”

“itu foto milik Hara-ssi. Sepertinya penting untuknya. Tadi ia meninggalkannya dimeja kerjanya. Karena foto itu juga aku mengira kau suami Hara-ssi. Hahaha, mianhae. Kalau mengingat hal itu aku jadi merasa tidak enak padamu.

“gwenchana. Terimakasih sudah mau mengantarkan foto ini.” Donghae tersenyum lagi kemudian berjalan menuju kamar Hara sambil melihat tumpukan foto tersebut satu persatu.

Donghae tertegun. Hampir semua foto tersebut tentang dirinya. Bahkan ia tidak ingat kapan Hara pernah mengambil fotonya. Saat ia sedang bermain basket, saat ia sedang makan, tidur dan lain-lain.

Donghae membalikkan foto dirinya yang sedang berada dibawah ring basket dan menemukan tulisan tangan Hara disana.

‘You always here, in my mind. The only Thing that you cant read or even guess. My only love Lee Donghae’

“my…only…only love?” gumam Donghae tidak percaya atas tulisan yang tertera disana.

***

“maaf membuatmu menunggu, Minho –ssi. Tumben kau datang, ada apa?”

Hara duduk di sofa didepan Minho sambil membawa dua cangkir moccacino lalu meletakkannya diatas meja.

“aku hanya mengantarkan foto-fotomu yang tertinggal di kantor tadi.”

“foto? Foto yang mana?”

“yang ada diatas mejamu. Tapi aku sudah memberikannya pada pria tadi…err kakakmu. Ah, aku lupa menanyakan siapa namanya.”

“oh. Lee Donghae.”

“Hm. Kau tida memanggilnya dengan sebutan oppa?”

“Ahahaha aku memang tidak pernah memanggilnya oppa.  Biar saja.” Hara tertawa geli kemudian mengambil secangkir Moccacino dari atas meja dan menyesapnya.

“aku malah mengira Lee Donghae itu suamimu, yah tadinya aku berpikir begitu karena melihat tulisan yang kau tulis dibalik fotonya.”

Hara tiba-tiba tersedak, kaget. “apa? AH foto –foto itu! lalu sekarang foto itu ada ditangan Donghae?” seru Hara menaikkan nada suaranya, kali ini ia terlihat panik. Membuat Minho bingung dengan ekspresi tiba-tiba Hara itu.

“ne. Kenapa?”

Hara langsung berdiri secara spontan, “dia tidak boleh membacannya.” Gumam Hara kemudian berbalik secepat kilat, berjalan meninggalkan Minho yang masih duduk dengan perasaan bingung.

“Hara-ssi!”

“mianhae Minho ssi. Aku ada urusan penting..err…mendadak.Krystal yang akan menemanimu mengobrol.” Hara berbalik ke arah Minho sebentar kemudian berjalan cepat meninggalkan Minho.

“Krystal?”

***

Krystal Jung’s

“KRYSTAL, TEMANI TAMUKU DIRUANG TAMU. AKU ADA URUSAN DENGAN DONGHAE.”

Aish, Cho Hara. Merepotkan saja. Jelas-jelas itu tamumu kenapa malah aku yang disuruh menemuinya? Siapa dia saja aku tidak kenal.

Aku masih sibuk mengirim pesan pada Sulli untuk  menanyakan kabar Park Jiyeon, sambil berjalan menuju ruang tamu dimana tamu Hara itu sedang duduk disana.

“Krystal jung?”

Aku mendongak begitu mendengar namaku dipanggil oleh suara pria asing.

Pria dengan mata besar dan pipi tirus itu….

Choi Minho?

Apa aku tidak salah melihat? Dia? Choi Minho ada didepanku sekarang? Jadi ini ‘tamu’ yang dimaksud oleh Hara. Astaga! Dan kenapa ia bisa tahu namaku?

“kau…bagaimana bisa mengetahui namaku?”

Minho berdiri kemudian membungkuk sebentar. “aku melihat koleksi foto Hara dan menemukan fotomu disana, lalu dibaliknya terdapat namamu.” Ucapnya dengan suara berat yang…aku tidak tahu kenapa tapi suaranya enak didengar.

Dia memang aku akui tampan, badannya tinggi dan proporsional. Matanya juga bagus. Tapi apa artinya sebuah penampilan menarik kalau aku sendiri menganggap hal itu bukan sesuatu yang spesial?

Dan apakah Minho belum tahu kalau kekasihnya sedang terbaring koma dirumah sakit sekarang? Atau memang dia sudah tahu tapi berusaha untuk tidak peduli?

“Choi Minho-ssi. Senang bertemu denganmu.” Ucapku seadanya. Dia hanya tersenyum saja. “aku rasa kita pernah bertemu sebelumnya. Tapi aku lupa dimana. Atau memang kita tidak pernah bertemu sebelumnya?”

“pernah. Di pasar dongdaemun. Benar kan?”

“ah geurae! Saat itu aku hanya melihatmu sekilas, tapi aku masih ingat bagaimana bentuk wajahmu jadi aku langsung mengenalimu begitu aku melihat fotomu. Dan ternyata kita bertemu lagi disini, sebuah kebetulan yang lucu ya. mungkin kita berjodoh hahahaha.”

Ya, Donghae oppa berkata kalau kita berjodoh.

Oh, Demi Tuhan Krystal Jung! Donghae oppa hanyalah playboy sok tau. Dia bukan Tuhan jadi hanya kebetulan seperti ini tidak mungkin kan kalau aku langsung berasumsi Minho itu jodohku.

“Hahaha mungkin…mungkin saja. Tapi aku tidak yakin kalau kekasihmu akan menerimaku kalau misal kita berjodoh.”

“tidak juga, dia adalah gadis baik-baik.”

Gadis baik-baik? Oh-ya? tapi sayang dia sedang terbaring dirumah sakit sekarang, Choi Minho.

“ah, jinjja? Aku tidak tahu bagaimana dia tapi…err…mungkin iya.”

“ngomong-ngomong bagaimana bisa kau tahu aku sudah memiliki kekasih, Krystal-ssi?”

“a-ah itu…aku…aku mengetahui dari Hara, dia selalu menceritakan apapun padaku jadi aku tentu saja tahu tentangmu juga tentang Park Jiyeon kekasihmu.” Ucapku bohong. bersyukurlah karena aku memiliki alasan lugas kali ini.

“oh, arasseo.”

“uhm…Minho-ssi? Apa kau sudah tahu kalau kekasihmu itu sedang terbaring dirumah sakit sekarang?”

Seketika ekspresi Minho berubah. Berani bertaruh! Dia pastitidak tahu apapun tentang Jiyeon yang sedang sakit sekarang. Pasti.

“stasiun TV manapun sedang heboh tentang news Park Jiyeon, model cantik yang sekarang terbaring dirumah sakit. Kau benar-benar tidak tahu?”

Minho menggeleng. “Jiyeon? Bagaimana bisa?” ucapnya masih tidak percaya.

“kebetulan dia satu kampus denganku dan tadi dia pingsan, temanku langsung membawanya kerumah sakit.”

Dan kau tidak tahu saja, kalau aku penyebab semua ini.

“Bawa aku kesana sekarang juga!”

***

sometimes it lasts in love but sometimes it hurts instead

pria itu, Choi Minho sekarang sedang duduk disebelah Jiyeon yang masih terbaring dengan alat bantu hidup dimana-mana. Keadaannya memang koma. Dan aku tidak mengira akan separah ini.

Minho menggenggam tangan Jiyeon, matanya tidak pernah lepas dari wajah gadis itu. tatapannya dalam dan penuh arti, menandakan kalau Minho pasti begitu mencintai kekasihnya itu.

Bagaimana reaksinya ya kalau dia tahu aku yang menyebabkan kekasihnya terbaring seperti itu?

Aku sendiri berdiri menyandar di tembok sambil memperhatikannya. Memperhatikan pria yang sejak tadi tidak merubah posisinya itu. duduk menghadap Jiyeon sambil menggenggam tangan Jiyeon.

Rasanya sepert….tidak suka dan kasihan disaat yang bersamaan.

Tidak suka karena Minho terlihat terlalu mencintai Jiyeon, padahal seingatku Jiyeon menaruh perhatian pada pria lain. Seungho itu.

Kasihan karena melihat moment seperti ini dihadapanku jelas aku merasa iba pada Minho dan aku harus memisahkan mereka berdua dengan cara apapun.

“Minho-ya, aku pulang sekarang saja. Tidak apa kan?”

“Anni. Kau temani aku disini. Sampai Jiyeon sadar.”

A-apa?

***

he doesnt have to know about it…

Hara berdiri dibelakang Donghae yang berdiri diam sambil memperhatikan foto-foto miliknya. Degup jantungnya bergerak sangat cepat sekarang. Ia takut kalau Donghae mengetahui Hara menyukainya, dan situasinya pasti akan menjadi awkward

bahkan Hara tidak tahu harus memulai dari mana, apakah ia akan berpura-pura tidak tahu apapun dan bersikap seperti biasanya atau langsung menyangkal sebelum Donghae berbicara?

Cukup lama Hara berdiri diam dibelakang Donghae, sepertinya Donghae tidak sadar bahwa Hara berdiri dibelakangnya. Hara berdeham, membuat Donghae membalikan tubuhnya perlahan.

“My only love? Apa…maksudnya dongsaeng?”

TBC

Longer than usual. Mau mulai serius sama jalan cerita ff ini, jadi mohon dukungannya ya readers 🙂 dan akan saya protect menjelang ending dan tentu saja cuman untuk good reader yang akan mendapatkan passwordnya^^

Tolong beritahu kalau masih ada kekurangan yaa, kurang greget ato gimana. Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan ^^

Note: next part akan didominasi oleh minstal.

Terimakasih ^^