[RATW-After Story] Hello San Diego!

Hello San Diego!

***

San Diego, Southern California

Mobil berwarna hitam itu melaju, menurunkan seorang gadis dengan kacamata hitam di wajahnya lalu berjalan ke arah mansion yang cukup besar dihadapannya. Cukup besar untuk ukuran agent special sepertinya.

Hara menurunkan kacamata hitamnya kemudian menarik sudut bibirnya melihat Mansion Cho yang  mengingatkannya pada sejuta cerita menarik yang pernah terjadi disini.

“mau sampai kapan berdiri disitu? Ayo masuk.”

Donghae menepuk pundak hara pelan lalu menggandeng tangannya. “Hey,” Hara menarik tangan Donghae agar tubuh dia menghadap ke arahnya. “kau mau tinggal disini juga?” tanyanya sarcastic, membuat Donghae bingung.

“lalu jika tidak disini, aku tinggal dimana?!” Seru Donghae.

Hara hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum geli.

“kau tidak mengijinkanku tinggal disini? Aish, Cho Hara!”

“kita belum terikat pernikahan. Tidak boleh tinggal satu atap.” Jawab Hara dengan polosnya.

“tapi kita biasa tinggal satu atap kan? Di markas Crazioneer contohnya.”

“itu beda lagi.”

Dengan wajah yang bingung Donghae masih menatap hara, kenapa ia tidak boleh tinggal dengannya? Kenapa? Padahal jelas-jelas tujuan mereka berdua ke San Diego untuk melanjutkan hidup bersama-sama kan?

Hara hanya tertawa melihat ekspresi bingung Donghae kemudian melepaskan jari-jari tangannya yang mengait di tangan Donghae. Ia kembali menatap Mansion kemudian menghela nafasnya. “aku lelah sekali. Aku mau cepat-cepat kedalam saja…” ucapnya lalu berjalan kedepan dan Donghae tetap membuntutinya dibelakang.

Hara melirik kebelakang dan menatap Donghae sinis, sedangkan Donghae hanya mengangkat kedua alisnya sambil mengulum tawa.

Setelah sampai didepan pintu, hara menautkan alisnya bingung menyadari ada yang berbeda dengan pintu ini semenjak terakhir ia datang kesini.

“ngomong-ngomong dimana fingerprint nya?”

Donghae hanya diam dan membuang pandangannya seolah-olah ia tidak mendengar apa-apa.

“kenapa tidak ada fingerprintnya? Lucu sekali, masa hilang begitu saja huh?” Hara meraba-raba sekitar pintu tapi tidak menemukan alat pendeteksi jari itu. kemudian ia membelalakan matanya melihat pintu itu kini sudah memiliki lubang kunci.

“sejak kapan pintu ini menggunakan kunci?!”

Hara mengernyit bingung namun segera menolehkan kepalanya kearah Donghae begitu mendengar Donghae tertawa. “apa yang lucu hah?!”

Donghae hanya menggeleng tanpa dosa lalu merogoh sakunya, mengeluarkan kunci dari balik sakunya dan melemparnya lalu menangkapnya lagi.

“i…itu…”

“wae?” Donghae menoleh kearah Hara, lagi-lagi dengan tampang tanpa dosa. “sejak kapan pintu ini menggunakan kunci? Sejak Kyuhyun yang menggantinya dan menyerahkan kunci ini padaku. Dia sih berkata kalau aku yang disuruhnya menjagamu…dan…Mansion ini.” Jawab Donghae dengan entengnya.

“HAH?!”

Donghae tertawa puas melihat Hara yang kini melotot kaget kearahnya. “bagaimana kau bisa mengusirku kalau kunci Mansion ini saja ada ditanganku.”

Hara hanya diam, merasa kalah telak. Ia pun bergerak cepat hendak mengambil kunci itu dari tangan Donghae tapi dengan sigap Donghae memindahkan kunci itu ketangannya yang lain lalu menyembunyikannya dibalik punggungnya.

“Aigoo…tidak semudah itu, Cho hara”

“berikan kuncinya padaku Donghae!”

“Aniyo.”

“berikan!”

“apa? Aku tidak dengar!”

“berikan padaku Lee Donghae!”

“kau memanggilku apa? Lee Donghae?”

“memangnya siapa namamu hah?!”

“namaku? Jagiya.”

“aish, lalu aku harus memanggilmu ja…jagiya? itu tidak akan pernah terjadi Donghae-ah.” Ucap hara sambil mengibaskan tangannya didepan wajah Donghae.

“oke kalau begitu..” Tangan Donghae muncul dari balik punggungnya lalu menyelipkan kunci tersebut ke bibirnya. Sebelum tangan hara meraihnya, Donghae sudah lebih dahulu menahan kedua tangan Hara dengan sekali genggaman. Membuat Hara tidak bisa menggerakkan tangannya.

Tangan sebelah Donghae yang masih bebas mengambil kunci yang menyelip di bibirnya. “kau harus mengambil kunci ini dengan mulutmu.” Ucapnya lalu kembali memposisikan kunci itu dimulutnya.

“MWOH??!!” seru hara, tidak terima dengan ide aneh kekasihnya itu. “shireo!”

Donghae hanya menaikkan sebelah alisnya, meledek hara.

“okay!” Hara mengehela nafasnya keras lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Donghae, sedikit gugup baginya, bagi hara. Mencium Donghae? Mau berapa kalipun Hara pasti mau melakukannya. Tapi satu yang membuatnya malu….ia takut akan blushing lagi jika ia mencium Donghae seperti ini.

Sebenarnya tidak berciuman juga sih, hanya mengambil kunci dari mulut dan…dan tetap saja tidak menutup kemungkinan kalau tiba-tiba mereka berciuman kan?

Sekitar jarak satu centi antara bibir Hara dan kunci itu tiba-tiba tangan Donghae menarik kunci tersebut dengan cepat lalu ia segera memajukan wajahnya dan mencium bibir Hara kilat.

Satu…dua…tiga…

“HAHAHAHAHAHA!!!” tawa Donghae meledak seketika melihat wajah Hara yang memerah sekarang. Entah kenapa Donghae selalu senang melihat wajah blusing Hara dan juga tidak bisa menahan tawanya untuk hal satu ini.

Hara hanya menghela nafasnya kesal, mau memarahi Donghae juga percuma.

Untuk apa memangnya?

Perlu memarahi kekasihnya sendiri yang menciumnya? Tidak kan?

Donghae menghentikan tawanya lalu membuka pintu dengan kunci –yang menurut Hara- sialan itu , sejurus kemudian pintu terbuka lebar memperlihatkan ruang tamu bergaya classical didalamnya.

Hara masuk lebih dahulu lalu segera menghempaskan tubuhnya diatas sofa. Sedikit menyebalkan juga baginya karena diledek Donghae seperti tadi.

Disusul Donghae yang duduk disebelahnya.

“kau tidak benar-benar mengusirku kan hara?” tanya Donghae dengan nada serius.

Kali ini Hara yang menertawai Donghae atas perkataan Donghae barusan. “memangnya aku mau tinggal disini sendirian? Tentu saja aku bercanda, Donghae!”

“tumben kau bercanda. Cukup  heran orang yang terlampau serius sepertimu bisa bercanda juga.”

Hara hanya tersenyum kecil lalu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Ia melihat tangga melingkar ditengah ruangan ang mengingatkannya pada kejadian saat itu, dimana ia berdiri dengan putus asa ditengah-tengah tangga sambil memandangi Sungmin yang menggandeng lengan Yoonji keluar mansion.

Lalu masih dihari yang sama ketika kyuhyun menamparnya dan memarahinya habis-habisan. Dan disaat itu Donghae datang bagaikan malaikat yang satu-satunya masih berdiri disisinya, memeluknya dan menenangkannya sampai berhasil mengeluarkannya dari lab Kyuhyun.

Hara tertawa geli teringat bagaimana donghae menyatakan perasaannya saat itu, dan..err…bagaimana mereka untuk pertama kalinya berciuman. Bahkan sampai bibir Hara berdarah sewaktu itu. tentu saja memori itu akan terus teringat oleh hara. Ia akan sangat menyesal jika melupakannya.

Kilasan memori itu masih terngiang-ngiang. Ia sadar betapa bodoh dirinya. Sangat bodoh malah. Mengejar pria yang sama sekali tidak mencintainya tanpa menyadari ada pria lain yang begitu menginginkan Hara.

Juga tanpa menyadari kemana sebenarnya hatinya berpihak.

Tapi ia tidak bodoh lagi sekarang, karena kenyataannya dia sudah sadar kalau perasaannya memang tertuju untuk Donghae. Bukan Sungmin. Bukan siapapun.

Hara jugalah manusia –atau iblis?- yang pastinya pernah melakukan kesalahan. Sangat fatal. Sampai Tuhan mengirimkan kejutan besar kalau kenyataannya rivalnya sendiri masih satu darah dengannya. Adik kandung dari kakak –setengah- kandungnya.

Dan Tuhan juga mengirimkan Donghae sebagai pria sabar yang akhirnya bisa menaklukan iblis juga akhirnya.

Hara tersenyum ketika merasakan tangan kekar yang merengkuh pundaknya dan menyenderkan kepala Hara di sisi kiri bahu donghae. Donghae  menepuk pelan kepala hara dan memeluknya semakin erat.

Entah efek dari nostalgia Hara tadi, atau pelukan donghae yang terlalu nyaman, hara kini memejamkan matanya dan tanpa sadar tidur dipelukan Donghae

***

Senandung dan gumaman-gumaman kecil terdengar, membuat gadis dengan rambut panjang sedikit kecoklatan itu mengerjapkan matanya dan bangun dari tidurnya. Ia bangkit ke posisi duduk, membuat selimutnya turun sampai ke pinggang.

Hara mengusap rambut panjangnya kebelakang  dan mengernyit bingung melihat ruangan disekitarnya yang bercahaya remang-remang, dengan keseluruhan ruangan yang berwarna brown  ini, serta ranjang yang ia duduki sekarang yang bahkan ikut berwarna cokelat. Ia melirik ke samping kanan dimana ada dua pintu yang tergabung kini membuka lebar memeperlihatkan balkon yang mengarah langsung ke langit-langit malam.

Serta gorden putih tipis yang terpasang disebelah pintu, berkibar tidak beraturan karena tertiup angin malam. Hara tersenyum, ia suka suasana malam yang sejuk seperti ini. Ia menoleh kearah kiri dan tersentak kaget melihat Donghae yang berdiri didepan kaca sambil memainkan rambutnya yang basah.

Bukan, bukan itu yang membuat Hara kaget!

Donghae hanya memakai celana hitam panjang dengan tulisan label Calvin Clein yang terlihat sedikit dari balik celana panjangnya. Jelas tubuh donghae yang shirtless  yang membuat hara kaget. Hara menunduk sedikit kebawah, lalu menghela nafasnya lega.

Ia masih utuh dengan pakaian terakhir yang ia kenakan. Sebentar….memangnya hara memikirkan suatu hal apa yang barusan terjadi?

Oh, Demi Tuhan tentu saja Donghae tidak mungkin melakukannya.

Donghae menoleh ke arah hara lalu tersenyum. “eh? Kau sudah bangun?”  tanyanya singkat lalu mendekati hara , berdiri didepannya.

Hara tersenyum tipis melihat Donghae kemudian pandangannya tiba-tiba tertutupi sebuah kain berwarna abu-abu, hara mengambil handuk yang menempel diwajahnya kemudian melemparnya kearah Donghae.

“mentang-mentang kau baru saja keramas dan seenaknya saja melempar handuk ke wajahku!” serunya tidak terima.

Donghae hanya tertawa dan mengacak rambut Hara “ehm…ngomong-ngomong…” donghae duduk disebelah hara dan menggunakan kedua tangannya untuk menumpu di atas ranjang. “err…kapan…kita akan…err….menikah?”

“itu kita pikirkan saja nanti. Aku masih ingin menjadi seorang gadis. Tanpa ikatan pernikahan.”

“mwo? Jadi kau tidak akan menikah, begitu?”

Hara melempar bantal ke kepala Donghae. “tidak lah! Aku pasti akan menikah, tapi tidak untuk waktu dekat ini.”

“dengan?”

“entah. Ngomong-ngomong…pria Amerika tampan-tampan juga ya?” ledek hara sambil mengulum senyumnya, beberapa detik lagi Donghae pasti akan melontarkan protes.

“TIDAK BOLEH!!”

Benar kan.

“tidak boleh apanya?  Aku kan hanya berpendapat kalau pria Amerika itu tampan-tampan.”

Donghae hanya mendengus kesal kemudian mengambil segelas cokelat panas dari atas meja lampu yang persis disebelah ranjang, ia baru saja menempelkan gelas tersebut di bibirnya  namun diambil paksa oleh Hara.

“Yak!”

Hara meminum cokelat panas itu dan menghabiskan setengah gelas. Kemudian ia meletakkannya diatas meja.

“kenapa kau selalu merebut apapun yang akan kuminum hah? Seperti saat kau merebut botol racun laknat itu dan meneguknya tanpa sisa.” Protes Donghae.

“setidaknya aku harus memastikan bahwa minuman yang akan kau minum itu masih layak untuk kau minum.”

“maksudmu?”

“eung…tidak…tidak apa-apa. Lupakan.”

“bilang saja kalau kau sangat mencintaiku dan takut aku kenapa-napa, iya kan? Hahahahaha.” Ledek Donghae dan mendorong pelan bahu Hara.

“A-arh” rintih Hara sambil memegang bahunya. “eh? Kenapa? Aku mendorongmu terlalu keras?” tanya Donghae khawatir dan menyingkirkan tangan Hara pelan untuk mengecek bahunya.

“kau tidak ingat?”

“hah?”

“dulu kau pernah menembak bahuku kan?! Saat Sungmin hampir saja membunuhku, dan asal kau tahu peluru itu cukup dalam sehingga menyebabkan luka yang dalam juga.” Papar Hara. Donghae membuka sedikit kaus Hara dibagian bahunya memperlihatkan bahu putih Hara dengan bekas luka jahitan disana.

“apakah masih sakit sampai sekarang?”

Hara mengangguk. “kadang-kadang masih terasa pegal juga.”

Donghae dengan ragu-ragu menyentuhkan jari-jarinya ke permukaan bahu Hara dan mengusapnya pelan. Ia menunduk dan menatap mata Hara sendu. “mi-mianhae…”

“Demi Tuhan, Lee Donghae! Untuk apa meminta maaf! Kau pikir saja kalau tidak ada luka dibahu ini pasti Sungmin sudah membuatku mati sejak dulu.” Jawab Hara pelan, berusaha menenangkan Donghae.

“aku menembak bahumu. Dua kali mematahkan kakimu. Membiarkanmu tersiksa karena meminum racun-racun itu. aku…aku pria macam apa, Hara?”

Rasa bersalah bertubi-tubi menghujam Donghae. Ia hampir saja membuat gadis yang dicintainya itu cacat, untung saja ia –dan Hara tentunya- masih beruntung sehingga hara masih bisa duduk dengan sehat didepannya sekarang.

Tapi Donghae tetaplah Donghae yang selalu menyalahkan dirinya sendiri. Pria yang tidak bisa keras kepala atas egonya sendiri ini.

“hey, kenapa begitu khawatir sih?” ucap Hara pelan kemudian menyentuh pelan rambut Donghae. Ia benci melihat Donghae yang diam, yang merasa serba salah. Hara tidak suka melihat Donghae yang seperti ini.

Donghae tersenyum tipis dan mencium kening Hara.  “aku—“

“aku juga mencintaimu.” potong hara. Ia tahu apa yang akan Donghae katakan.

Lagi-lagi Donghae tersenyum dan menyentuh pelan pipi Hara. “pakai bajumu…malam ini dingin sekali, kau tahu?” ucap hara dan mendorong pelan dada Donghae.

“kau lebih suka melihatku seperti ini kan?”

“A..aku? aniya!”

“Aniya? Jinjja?” Donghae mendorong Hara pelan sampai punggung Hara menyentuh dinding ranjang, kemudian Donghae memajukan wajahnya dan mencium bibir Hara. Menekannya dengan sedikit terburu-buru sementara tangannya menyentuh bagian bawah leher hara dan bergeser ke bahunya, menyentuhnya dengan lembut.

Tiba-tiba saja Iphone Hara bergetar, mengalihkan perhatian mereka berdua. Donghae mendecak kesal, merasa ‘permainan’ terganggu lalu ia mengambilnya dan melihat screen handphone tersebut. “Cho Kyuhyun…Video call?”

Hara mengangguk dengan sedikit canggung. Canggung karena perlakuan yang baru saja Donghae berikan tadi. “angkat saja.”  Ucapnya tenang….pada awalnya, kemudian hara langsung melonjak kaget seperti teringat sesuatu. “tu..tunggu dulu!! Jangan angkat dulu!”

Terlambat karena Donghae sudah melihat wajah Kyuhyun begitu pula Kyuhyun yang melihat Donghae.

Hara menepuk dahinya dan meringis. “mati kau…Lee Donghae. Bodoh! Kau belum mengenakan kausmu! Aish,” gumam hara pelan sambil meringkuk dipinggir ranjang dengan gelisah.

Sementara Donghae dengan santainya menyapa Kyuhyun lewat layar Iphone Hara. “Kyuhyun-ah! Wae?”

Kyuhyun diam selama beberapa detik, ia melihat Donghae dalam keadaan shirtless dan melotot kaget melihat  Donghae yang kini duduk diatas ranjang. Lebih kaget lagi melihat Hara yang ada dibelakang Donghae yang sedang mengalihkan pandangannya.

“yak! Kyuhyun-ah kau kenapa?”

“APA YANG KAU LAKUKAN PADA HARA HAH?”

“aish, sudah kuduga!” ucap hara pelan kemudian melompat dari atas ranjang. “kau saja yang menjelaskan padanya, Hae!” teriak hara sebelum hilang dibalik pintu.

“yak!Yak! hara!”

“Yak, Donghae-ah! Kau….aish, aku kan sudah pernah berkata padamu kalau kau aku beri izin untuk melakukan’nya’ dengan hara setelah kalian menikah! Apa-apaan ini, bahkan kalian baru sampai San Diego sekitar sehari yang lalu!” protes Kyuhyun dengan kesal.

Ini murni salah paham.

“a-aku tidak melakukan apapun pada hara. Aku berani bersumpah Cho Kyuhyun!”

“tidak usah mengelak! Kau bahkan belum mengenakan kausmu!”

Donghae mengacak rambutnya sendiri dengan gusar. “ini tidak seperti yang kau pikirkan, Kyu. Aku—“

Tut.

Sebelum Donghae menyelesaikan kalimatnya, Kyuhyun sudah memutuskan sambungan secara sepihak. Donghae mengenal Kyuhyun sejak lama, ia tahu kalau Kyuhyun boleh dibilang cukup protektif terhadap Hara.

Dan Kyuhyun pasti akan membeberkan hal-tidak-benar ini ke Sungmin, Yoonji dan yang lainnya. Donghae akan menjadi bahan ledekan besar-besaran  oleh mereka.

Dan kalau sampai Kyuhyun bertemu dengan Donghae, entah apa yang bisa Kyuhyun lakukan untuk menghukum Donghae…juga Hara. Berhubung Kyuhyun tidak memiliki skill dalam menembak jadi mungkin saja Kyuhyun akan melempari mereka berdua dengan komputer-komputernya.

Belum sempat Donghae meletakkan Iphone Hara tiba-tiba sudah bergetar lagi. Kali ini bukan Video call, melainkan pesan singkat.

From: Sungmin

Berhati-hatilah Donghae, jangan terlalu agresif terhadap gadismu itu. menikah saja dulu.

“aish, bagaimana bisa dia tahu aku masih memegang handphone Hara? Coba saja Hara yang membaca pesan ini, pasti wajahnya sudah seperti kepiting rebus!” decak Donghae kesal.

“mereka sudah terlanjur percaya. Padahal aku tidak melakukan apapun pada Hara! Demi Tuhan!”

“Aish, ottokhe?!”

Donghae lagi-lagi mendecak kesal. “CHO HARA! KITA HARUS MENIKAH BESOK!”

Terdengar suara Hara tersedak disusul dengan teriakannya. “MWO?!!”

END

 lagi iseng nih nulis-nulis ff pendek ini hahaha. ADUH BTW SAYA LAGI KESEL NIH, STATENYA TINGGI BANGET TAPI YANG KOMEN DIKIT. SILENT READERS NYA JAHAT DEH SAMA SAYA YAH. YA JANGAN SALAHIN SAYA YA KALO TIBA2 AFTER STORY HAE-RA YANG SETERUSNYA BAKAL SAYA PROTECT DAN HANYA GOOD READERS YANG BOLEH BACA 🙂 *evil mode on*